Fanfiction
Selasa, 17 November 2015
ff sasusaku naruhina
SasuSaku Naruhina Fanfic "Remind Me"
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Ditulis oleh J
Note: Aku lebih suka sifat Hinata yang berani seperti dalam Naruto road to ninja. Jadi tidak aneh ya dengan sifat galaknya kalau sudah pernah nonton movie itu.
Undangan pesta ulang tahun sang ayah sudah disebarkan ke penjuru Konoha. Acara dirayakan bersamaan dengan kedatangan saudara kembarannya, akan disambut terhormat oleh keluarga besar.
8 Januari musim salju, cuaca memang dingin menusuk tulang namun kehangat berkumpul bersama keluarga membuat para tamu yang diundang pun merasakan kebahagian dalam perkumpulan anggota klan itu. Tanpa memandang status baik itu teman seperjuangan atau musuh, siapapun boleh datang ke perayaan dengan keikhlasan hati mereka.
Hiashi dan Hinata berpulang ke kampung Konoha setelah berkeliling dunia mencari pengalaman baru di atmosfir berbeda. Sengaja Hiashi membawa serta anak sulungnya karena dia ingin suatu saat nanti jika dia tidak bisa meneruskan perusahaan, Hinata lah yang akan memimpin menggantikan dirinya. Dididik, diayomi, penuh pelajaran baru yang didapatkan oleh Hinata yang hampir 5 tahun meninggalkan desa.
"Ayah, pesta akan dimulai sekitar jam 7 malam. Kapan Tuan Hiashi akan sampai?" Tanya Neji
Neji salah satu pengurus perjamuan, menertibkan jalannya acara supaya lancar seperti yang dia harapkan. Merupakan keluarga yang berbeda jauh status dengan Hiashi dalam klan Hyuuga, meskipun Hizashi adalah saudara sedarah namun aturan tetaplah aturan. Neji sudah mengerti takdirnya sebagai 'pelayan' tapi selama ini dia diperlakukan baik oleh seluruh anggota keluarganya. Berniat membalas budi mengabdikan diri untuk melayani kalangan atas.
"Tuan Hiashi sedang dalam perjalanan menuju rumah. Tenanglah, masih ada waktu sekitar 1 jam lagi." Balas ayahnya
Neji memberi anggukan setuju lalu pergi keluar dari kamar itu.
Tap tap tap
Langkah kaki kecil menapaki tanah bersalju. Tangan gadis itu mengalung di lengan ayahnya, sesekali menggosok sweater yang dia pakai untuk menghangatkan tubuh.
"Tuan sudah datang, Tuan sudah sampai.." Teriak salah satu pesuruh yang berjaga di pintu gerbang.
Yang telah menunggu langsung menghampiri "Okaeri nasai, Hiashi-sama, Hinata-sama" Neji membungkukkan badan memberi salam hormat
"Terima kasih, Neji-nii. Bagaimana kabarmu? Hn, tubuhmu lebih tinggi dariku sekarang" Canda Hinata
"Aku dalam keadaan baik,
thankgodness
jika Ojosama terlihat selalu sehat"
"Hinata, aku merindukanmu. Muach muach" Kiba menyergap tubuh teman masa kecilnya di tim 8 dulu. "Parfume mu wangi sekali" Hidungnya bergerak-gerak mengendus aroma semerbak dari Hinata
Bruakk
Kiba terlempar ke kolam ikan akibat pukulan keras tangan Hinata "Bersikaplah sopan pada wanita, Kiba-kun" Wajahnya sangat berbeda, Hinata menjadi lebih dingin dan tanpa ekspresi.
"Rrr―" Akamaru menggogong tak ramah melihat majikannya dihantam kepalan tangan
"Hinata, tersenyumlah sedikit" Ayahnya berbisik pelan
"Baik, ayah."
Sementara Hiashi menjawab banyak pertanyaan dari para keluarga tentang bagaimana kisah bertahan hidup di dunia luar, Hinata ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak dalam kamar nyamannya yang masih tetap terawat.
Dukdukduk
"Hinata-sama, apakah kamu sudah mengganti pakaian dan bersiap-siap ke acara?" Neji menggedor pintu, mengingatkan ulang bahwa 10 menit lagi pesta akan segera dimulai
Cklek
Aura suram muncul dari tubuh Neji "Ojosama kenapa masih memakai pakaian itu? Dimana para pelayan yang aku suruh untuk mendandanimu?"
Hinata memakai rok pendek ketat dengan stocking ungu diatas lutut dan sepatu berhak tinggi. Kemeja tipis berwarna hitam dipasangkan sesuai dengan warna roknya.
"Memangnya ada yang salah?" Hinata melepas ikatan di kepalanya. Kini rambut indigo lebat itu tergurai panjang
"Ini acara resmi, Ojosama. Pakailah yukata atau kimono yang sudah disediakan khusus untuk―"
"Ikkuso!" Hinata menarik lengan Neji mengikuti arahnya
Di tengah pesta Hiashi dan Hizashi memotong kue bersama-sama. Tersenyum hangat seakan tidak ada perbedaan diantara keduanya. Para tamu undangan sudah mengisi ruang tamu yang berada di lantai bawah. Sangat megah. Seperti sedang merayakan festival tahun baru yang baru seminggu lalu memasuki tahun 2012
"Dimana anakmu, aku tidak melihatnya disekitar?" Tanya Gaara. Hiashi mengenalnya setelah dia mencoba melamar Hinata namun ditolak baik-baik. Sampai sekarang sepertinya Gaara masih memiliki harapan untuk memperistri mantan teman sekelasnya di SMA dulu
Tubuh ramping muncul dari belakang Hiashi "Otanjoubi omedetou, Otou-san~" Memeluk erat pinggang ayahnya
"Hinata, aku pikir kamu memakai gaun cantik tapi.."
"Dengan berpakaian seperti ini mudah menendang pria jelatatan seperti Kiba-kun, ayah"
Mata Gaara membelalak, benarkah ini Hinata yang aku kenal? Dia berubah drastis!
"Gaara-san terima kasih banyak sudah menyempatkan waktu untuk datang ke pesta ayahku" Bibir mungilnya menaik
"Ha-a aku malah yang lebih senang. Pestanya benar-benar mewah." Lidahnya seakan berbelit tak dapat mengatakan apapun "Ano, kamu semakin cantik"
Byakugan sudah diaktifkan, chakra dikeluarkan dari tangan kirinya
"Ojosama hentikan, jurusmu akan mengancurkan seluruh bangunan" Neji berlari memalingkan telapak tangan Hinata
Kiba masih merasa ngilu dibagian pipi "Sekarang dia sulit digoda, sedikit-sedikit ngambek" Berkata sambil mengelus lebamnya
***
"Aku menolak melanjutkan pertunangan ini.."
Bertemu empat mata dengan ibunya di ruang tamu, Sasuke tiba-tiba membicarakan bahan percakapan ke luar dari topik yang beberapa waktu lalu diobrolkan. Saat itu ibu dan anak ini sedang menonton dorama kesukaan ibunya. Mikoto menangis sendu melihat aktor utama berakhir dengan kematian dan terpisah dengan pasangannya. Gumpalan tisu penuh lendir berserakan di atas karpet, dilempar sembarang oleh Mikoto, kebiasaan buruk yang belum hilang sampai di umurnya yang semakin tua.
"A-apa katamu, Sa-suke..hiks" Suaranya cegukan efek dari menangis
"Ibu tidak mendengarkan perkataanku? Hah film jelek seperti ini ditonton berkali-kali, menipu para pemirsa dengan adegan drama lebay" Sasuke berkomentar
"Romeo dan Juliet loh ini, sayang. Kamu belum pernah melihat secara seksama alur ceritanya, cinta sejati sehidup-semati antar Adam dan Eve.."
Sasuke hanya bisa mendesah panjang mendengar celotehan sang mama.
"Tadi kamu bicara tentang apa, Sasuke? Maaf ibu tidak fokus karena berpapasan dengan adegan penting dalam episode" Mikoto membereskan sampah-sampah kertas putih itu, mengambil satu per satu dan memasukkannya ke keranjang tong.
Sasuke bingung, dia takut ibunya akan marah namun beberapa hari ini dia lembur setiap malam memikirkan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
"Aku tidak bisa menikahi gadis itu, Bu. Bisakah pertunangan ini dihentikan saja?"
Mikoto memalingkan wajah menatap ke sudut anak bungsunya yang kini tengah duduk menyilangkan tangan di depan dada, tidak dapat ditebak hari ini dia akan mengambil keputusan mendadak.
"Mengapa kamu memilih untuk menggagalkan perjodohan? Kamu tahu keluarga Uchiha dan keluarganya menjalin hubungan kekeluargaan sudah lama, kamu pun tidak terlihat membenci gadis itu"
"Aku sudah punya pacar" Jawab Sasuke secara singkat
"Apa?!" Ekspresi paras feminin Mikoto sekarang sudah berubah menjadi lebih garang, amarah menyulut hampir membakar setiap helai rambut di kepalanya
"Ibu, aku sudah dewasa jadi biarkan aku yang memilih jalan hidup dan pendampingku" Sasuke memegang pundak Mikoto, menatap mata ibunya yang mulai mengeluarkan air mata
"Akan Ibu bicarakan dulu dengan ayahmu" Mikoto melepaskan genggaman tangan yang terasa kuat itu lalu pergi menghilang
Fugaku memijat dahinya mulai terasa pening
"Bagaimana kalau Sasuke serius dengan perkataannya? Pertunangan ini sudah berjalan bertahun-tahun. Aku tidak pernah tahu jika Sasuke tak begitu dekat dengan tunangannya"
"Bisakah Ibu berhenti bicara? biarkan aku berpikir sejenak" Timpal Fugaku
Keesokan harinya Sasuke menganggap bahwa dia sudah tak ada hubungan lagi, tak mau ikut campur pada masalah pertunangannya dengan Hinata walaupun belum diresmikan oleh kedua pihak.
"Sekarang kamu bukan calon suaminya lagi, kan?" Sakura duduk dipangkuan Sasuke. Mereka meninggalkan kelas di jam pertama kuliah.
"Ya" Jawabnya singkat
"Horayy.. Sasuke hanya milikku seorang" Sakura memeluknya rapat.
Sejak kecil Sakura mengejar Sasuke, menyatakan cinta dan meneguhkan hatinya hanya untuk Sasuke.
'Aku tidak bisa hidup tanpanya'
Sakura bahagia akhirnya pengorbanan yang dia lakukan meluluhkan pangeran berambut raven itu
"Maukah kamu berkunjung untuk menemui orang tuaku?" Tanya Sakura. Dia bangkit dari pangkuan dan berdiri mengelus-elus wajah Sasuke
"Hn, tidak sekarang. Aku masih sibuk dengan ujian skripsi. Tahun ini aku ingin menyelesaikan kuliahku agar semakin cepat aku bisa menjadi seorang dokter"
"Baru semester 6 kan? Buru-buru sekali sih nanti aku tidak bisa berangkat ke kampus bersamamu" Sakura menggerutu manja
Dari sebrang taman sosok pirang sedang bersandar dibawah pohon bersama wanita yang menyuapi ramen. Onyx Sasuke berdelik, perasaannya kaget
"Ada apa Sasuke-kun?" Sakura memiringkan kepalanya keheranan
"Itu Dobe kan? Dia dengan siapa?"
Sakura menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh kekasihnya "WHAT? Itu kan Hinata. Oh, ternyata dia selingkuh di belakangmu Sasuke. Dia kan tunanganmu -eh"
Benar, Hinata adalah sepupu jauh nya yang sengaja dijodohkan oleh Fugaku untuk Sasuke. Namun tak disangka-sangka gadis itu juga sudah memiliki pasangannya sendiri.
'Alasan ini akan menguatkan keputusan ayah'
Sasuke menyeringai. Dia mengambil foto-foto Hinata yang sedang bercanda tawa bersama Naruto.
***
Semilir angin di musim gugur. Daun-daun kering berjatuhan menimbulkan suara saat terinjak oleh kaki. Sore itu Naruto akan pulang, keluar dari kelas nya berjalan sendiri melewati lorong gedung yang luas.
Bayangan hitam mengikuti, Naruto tak bisa mendengar langkah seseorang dibelakangnya karena suara nyanyian menutup telinganya yang ditempel headphone.
"Naruto.."
"E-eh"
Tubuhnya ditarik ke dalam lift. Pintu kini tertutup rapat.
"Stt.. Ini aku, Sakura!"
"Aku kira kamu penculik, kalau mau ada yang dibicarakan bisa telpon dulu kek atau sms" protes Naruto
"Sudah jangan banyak bicara sebelum orang lain masuk ke dalam lift ini. Aku hanya ingin menyampaikan padamu bahwa rencana kita berhasil. Terima kasih Naruto sudah membantuku menyingkirkan gadis bermata putih itu" Sakura menggoyang tubuh pria kuning di depannya, terlalu kegirangan
"Memangnya Sasuke sudah.."
"Dia melihatmu bermesraan dengan Hinata di taman tengah kampus. Aktingmu benar-benar keren" Dua jempolnya mengacung
"I-iya, aku turut senang kalau begitu"
"Senang kok malah murung sih?"
Tampak satu wajah tak mengenakkan yang diterima oleh Sakura.
'Aku bahagia jika kamu tersenyum seperti itu Sakura, tapi hati ini rasanya sakit sekali'
"Sudah dilantai dasar. Kamu keluar duluan nanti aku menyusul, takutnya ketahuan oleh Sasuke. Hus hus" Sakura mengusir Naruto dari dalam lift, menjauhkan keduanya
Naruto tahu jika dia memiliki perasaan terpendam pada Sakura sejak pertama kali berteman di sekolah dasar. Meskipun Sakura berwatak galak dan cerewet, Naruto merasa nyaman dengan hubungan apa adanya tanpa topeng seperti itu. Sempat ada satu harapan sejak dia mendengar Sasuke punya tunangan, berarti Naruto memiliki kesempatan mengganti posisi Sasuke dalam hati Sakura tapi Hinata, orang yang mengaguminya kini benar-benar jatuh hati pada Naruto atas kebaikan yang dia terima selama ini.
"Aku harus bagaimana?" Dalam mobil bus Naruto melamun, menyandarkan sisi keningnya ke kaca jendela
Sasuke sangat populer dikalangan para gadis sekelasnya. Ketampanan lahiriah yang dia miliki membuat wanita sejenis mirip Sakura terpesona. Namun Hinata yang dijodohkan tidak pernah merasa bangga, kenyatannya adalah sebaliknya.
Mereka berdua tidak dekat, sudah diciptakan memiliki jalan yang berlawanan. Pertunangan diantara mereka terjadi hanya untuk status hubungan dekat antar kedua klan yang dihormati di desa.
"Ha-ha seleramu sungguh rendahan" Suara cekikikan muncul, masuk ke dalam indera pendengaran
"Oh, kamu" Dengus Hinata. Giginya beradu seakan malas melihat tampang sombong pria raven yang berdiri disisinya
Halte bus di sore hari sangat sepi. Dimana orang-orang yang sering mondar-mandir seperti setrikaan baju? Warga jepang pada kemana ini? Hinata ingin pergi dari tempat itu.
"Santai aja kali. Jarang-jarang kita berbicara" Ucap Sasuke
"Malas mengobrol dengan tembok dingin" Balas Hinata. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai beton trotoar, bus yang ditunggu belum datang juga
"Hn." Sasuke ikut bangun dari kursinya.
Kembali pada stori Naruto dan Hinata. Awalnya Naruto membalas rasa kasih dari Hinata yang selalu tercurah baginya. Hubungan
in a relationship
hampir 2 tahun dia jalani bersama wanita Hyuuga itu. Keluarga mereka berstatus sosial beda, dia sadar dirinya yang sederhana tak mampu memberi benda mahal untuk Hinata. Tanpa ada pertengkaran, selalu baik-baik saja. Apakah hubungan itu normal? Naruto merasa ada yang tidak beres dalam dirinya. Dia senang seorang putri Clan terhormat mencintainya tulus tapi rasa cintanya kian memudar seiring waktu bersama. Tak ada waktu untuk saling mencaci maki atau mengejek bercanda, dia merasa bosan.
"Naruto-kun, aku bawakan bekal untukmu" Hinata rajin memberi makanan lezat yang dia masak sendiri
"Hampir setiap hari kamu memberiku nasi bento, aku tidak mau membuatmu repot" Naruto menolak kotak makan yang disodorkan dihadapan matanya
"Tidak kok, aku malah senang jika Naruto-kun menerima pemberianku" Hinata merasa tersinggung oleh perilaku pacarnya. Dalam hati kecil, Hinata sangat takut ditolak oleh Naruto di berbagai hal yang dia berikan
"Aku ingin sendirian. Tolong tinggalkan aku beberapa hari ini. Maafkan aku Hinata" Naruto mengambil tas selendang miliknya dan berlalu begitu saja.
Rasa jenuh dalam hubungan melanda dirinya. Cinta tidak melulu berkata I love you, saling mencintai kekurangannya, merasa cemburu melihat kekasihmu terlalu dekat dengan orang lain atau bertengkar hanya karena hal sepele. Naruto hanya tidak merasakan hal itu pada Hinata.
Hinata terpatung.
'Apa kesalahan yang sudah aku lakukan?'
Mampir ke warung Ichiraku memakan ramen porsi besar, setelahnya dia pergi ke kedai minum Tuan Jiraiya untuk melepas stres.
"Dua domba, tiga domba, lima dom-ba huft.."
"Kamu terlalu banyak minum sake. Parah sekali sampai tertidur di meja pelanggan. Cepat pulang sana!" Suruh Jiraiya
"Sepuluh domba, guk, sebelas.." Naruto membayangkan dirinya sedang dikelilingi domba-domba berbulu tebal.
Jiraiya mengodok kantong celana Naruto untuk mengambil uang tagihan "Uangmu masih kurang nih, besok harus dibayar."
"Ya ya ya.. domba ke berapa sekarang, Tuan betapa genit?"
Beberapa menit kemudian..
"Merepotkan sekali kamu ini. Menuntun tubuhmu yang berat dan ih bau alkoholnya menyengat banget"
Sakura ditelpon dari ponsel Naruto oleh Jiraiya karena nomornya diberi nama kontak 'Orang spesial' di phonebook.
"Hah terpaksa aku harus membiarkanmu tidur dikamarku semalam ini. Pegal sekali rasanya" Sakura memutar bahunya yang terasa sakit. Di kostan sederhana itu Sakura tinggal sendirian. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.25 malam.
Selesai membersihkan diri, Sakura keluar dari kamar mandinya hanya menggunakan handuk. Rambut berwarna merah muda layu karena air, dia sedang mengeringkan setiap batang rambutnya dengan hair dryer.
"Besok kan minggu, aku ingin jalan-jalan bersama Sasuke ah. Dia sibuk tidak ya?"
Zzzzz nguingg, suara pengering rambut itu terdengar keras. Membuat Naruto sadar dari lelapnya
"Ah, kepalaku.." Tangannya memegang bagian kerangka otak yang terasa pening. Menoleh ke sisi kiri dia melihat seorang wanita cantik yang dia cintai duduk bercermin menggerak-gerakan satu benda diatas rambutnya
Naruto bangun dari kasur, berjalan ke arah Sakura
'Ini mimpi kah?'
"Hey Naruto apa yang kamu lakukan!" Alat berisik yang dipegangnya jatuh ke lantai. Tubuh Sakura dirangkul oleh Naruto yang setengah sadar
"Sakura-chan,
do you know that I'm in love with you?
'
"Kamu mabuk berat, jangan ngelantur. Eh eh"
Tubuhnya dipangku dan dilemparkan ke ranjang. Kain pink yang dia pakai terlepas
"Oh, tubuhmu indah se-kaa-li sayang.." Naruto menindih Sakura dan menggengam kedua tangannya
"Hentikan Naruto! Ah~"
Ciuman yang diberikan ke dada Sakura membuatnya bergelinjang karena geli, namun dia menikmatinya juga. Buaian lembut, sentuhan tangan liar mulai masuk ke bagian sisi paling sensitivnya, Sakura masuk ke alam bawah sadarnya dan ikut membantu aktifitas yang dilakukan oleh Naruto. Desahan yang terdengar, keduanya tengah bercinta tanpa sadar melewati sepanjang malam itu bersama-sama.
"Uh, anak Ibu dandan rapih mau kemana sih?" Minggu pagi yang cerah seperti wajah pria satu ini.
"I-ibu mengagetkanku saja" Sasuke menaruh sisir ke meja riasnya "Ketemu pacar dong, Bu"
Mikoto masuk tanpa perlu meminta ijin terlebih dahulu, dia mencubit pipi Sasuke pelan "Kenalin ke ibu dan ayah, ajak dia kesini"
"Hn.. lihat saja nanti" Sasuke nyegir kuda "Saa, aku jalan dulu. Muach" Dia mencium pipi Mikoto sangat manja
Tuntas sudah permasalahan antar Hyuuga dan Uchiha. Keduanya bisa mengerti bahwa perjodohan ini hanya akan memberi beban pada anak-anak mereka yang sebenarnya sudah beranjak dewasa berumur 25 tahun. Mau bagaimana lagi.
Mobil ferrari merah berhenti di depan sebuah apartemen. Keluarlah pangeran dari dalam, aura berkerling muncul dari pantulan mata hitamnya.
"Dia pasti senang mendapatkan kejutan dariku" Sasuke berjalan menaiki anak tangga. Ditangannya ada seikat bunga lili dan coklat manis.
Sasuke memiliki kunci cadangan si pemilik apartemen, dia bisa bebas datang kapan saja semaunya.
"Sakuraaa.. aku datang untuk menjemputmu" Teriak Sasuke dari pintu luar
Tidak ada jawaban. Sasuke melepas sepatunya dan masuk ke dalam. Disana tak terlalu banyak ruangan karena kamar tidur menyatu dengan ruangan lainnya tanpa dibatasi tembok-tembok penghalang.
Namun..
Bunga lili terjatuh ke lantai, si pemilik tangan tak berdaya melihat sesuatu di depan matanya
"SAKURA! NARUTO! KEPARAT!" Sasuke menarik selimut yang menutupi kedua insan yang belum terjaga di pagi itu
"Hoamm.. Sasuke-kun.. hah!" Sakura menganga saat membuka mata, terlihat Sasuke tengah tertunduk. Wajahnya tertutup rambut, tak dapat dilihat
"Sasuke aku.. ini.. aduh.."
"Urusai!"
Naruto terusik, dia ikut membuka matanya "Sakura-chan ada apa?"
"Kalian berdua b*s*k!" Sasuke pergi dengan amarahnya yang tak terkendali
"Naruto bagaimana ini? Dia pasti tidak akan memaafkanku.." Sakura kebingungan
Naruto tersenyum "Biarkan saja dia tahu apa yang kita lakukan di belakangnya"
"Hah? Ini semua salahmu!" Sakura menjenggut rambut pirang milik Naruto
"SADARLAH! Kamu mempermainkan perasaan Sasuke! Kamu sudah menyakitinya berkali-kali, dengan semua rencana licikmu memisahkan dia dengan tunangan.."
"Kamu suka pada Hinata kan? So ini bukan kesalahan.."
"Aku menyukaimu, aku mencintaimu Sakura!"
Deg..
Sakura berhenti berbicara dengan nada keras
Sasuke mengendarai mobil dengan kecepatan 100km/h. Jalanan tol yang luas berkesan memberi ruang untuk pelampiasan amarahnya.
"Sial! Bitch!"
Jauh dari perkotaan, dia berhenti di depan sekolah kanak-kanak. Berayun di ayunan, menendang batu-batu kerikil yang ada di tanah.
"Aku tidak akan memaafkan kalian berdua"
Dia akan sangat kecewa setelah dikhianati apalagi oleh teman dekatnya sendiri. Bukankah Naruto berpacaran dengan Hinata? Bukankah Hinata tergila-gila pada Naruto?
"Sialan kau dobe, kamu mengambil dua gadis dariku. Kasihan Hinata, dia pasti setia pada Naruto.."
Aneh, Sasuke membayangkan Hinata disaat sedih seperti ini. Wanita yang tak pernah luluh oleh pesonanya. Akhirnya dia memilih untuk sendiri.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih Baru
Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)